Pemikiran filosofis Ki Hadjar
Dewantara tentang Pendidikan dan Pengajaran dinilai masih sangat relevan untuk
diterapkan pada dunia pendidikan saat ini.
Semangat agar anak bisa bebas
belajar, berpikir, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan
kesusilaan manusia akhirnya menjadi tema besar kebijakan pendidikan Indonesia
saat ini, Merdeka Belajar.
Kedua semangat ini kemudian
memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam
pendidikan di Indonesia. Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020).
Pelajar Pancasila disini
berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai
nilai-nilai Pancasila. Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang
terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya. Dimensi ini adalah: 1) Beriman,
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3)
Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif.
Keenam dimensi ini perlu dilihat sebagai satu buah kesatuan yang tidak
terpisahkan.
Dalam usaha mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila ini, tentunya perlu peran pendidik untuk menuntun anak serta menumbuhkan
berbagai karakter/nilai yang dijabarkan. Untuk mendukung tercapainya karakter
ini, setiap guru perlu menanamkan nilai-nilai dan pola pikir sebagai penuntun
atau pamong. Nilai-nilai ini bisa berkembang jika seorang guru penggerak
mengaktifkan otak luhurnya agar bisa berpikir strategis dan kreatif dalam
menjalankan peran sebagai guru penggerak.
B. Pembentukan
Nilai Diri
Suka atau tidak, di luar
kelebihan dan kelemahannya, baik atau tidak karakternya, guru sudah terlanjur
dipandang sebagai orang yang dapat diteladani di tengah masyarakat kita. Guru
sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi muridnya. Kini,
pilihannya adalah memanfaatkan kesempatan itu dengan sengaja atau membiarkannya
lewat begitu saja dan tidak melakukan apa-apa. Menjadi teladan harus diusahakan
secara sadar.
Lumpkin (2008), menyatakan
bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana
keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya
memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka
mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga
kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik
melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid
mereka.
Guru adalah manusia yang
senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh karena itu, guru
harus lebih dulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian memilih untuk bergerak
dan akhirnya menggerakkan manusia yang lain.
C. Profil
Pelajar Pancasila
Pemikiran filosofis Ki Hadjar
Dewantara dinilai masih relevan untuk diterapkan pada dunia pendidikan saat
ini. Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah
menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat. Ki Hadjar Dewantara juga mengemukakan bahwa dalam
proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir,
dituntun oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan
dirinya. Semangat agar anak bisa bebas belajar, berpikir, agar dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan kesusilaan manusia ini yang akhirnya
menjadi tema besar kebijakan pendidikan Indonesia saat ini, Merdeka Belajar.
Semangat Merdeka Belajar yang
sedang dicanangkan ini juga memperkuat tujuan pendidikan nasional yang telah
dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dimana Pendidikan diselenggarakan agar
setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kedua semangat ini
yang kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten,
dalam pendidikan di Indonesia. Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020).
Gambar 1: Profil Pelajar Pancasila
Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya. Dimensi ini adalah: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Keenam dimensi ini perlu dilihat sebagai satu buah kesatuan yang tidak terpisahkan.
D. Peran
Guru Penggerak
Seorang Guru Penggerak harus
memiliki empat kompetenasi berikut: mengembangkan diri dan orang lain, memimpin
pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah.
Guru Penggerak tidak hanya
berfokus pada sebagai pemimpin pembelajaran, akan tetapi juga menggerakkan diri
serta lingkungan sekolah agar dapat mewujudkan sekolah yang berpihak pada
murid.
Peran Guru Penggerak itu
sendiri, merupakan sebuah ringkasan dari kompetensi tersebut. Terdapat 5 butir
peran dari seorang Guru Penggerak:
D.1. Menjadi Pemimpin Pembelajaran
Menjadi pemimpin pembelajaran
yang mendorong wellbeing ekosistem
pendidikan sekolah. Pemimpin Pembelajaran berarti seorang Guru Penggerak
menjadi seorang pemimpin yang menitikberatkan pada komponen yang terkait erat
dengan pembelajaran, seperti kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen,
pengembangan guru serta komunitas sekolah, dll. Yang dimaksud dengan wellbeing disini terkait dengan kondisi
yang sudah berpihak pada murid. Jadi seorang Guru Penggerak diharapkan mampu
berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada murid, dengan memperhatikan
segenap aspek pembelajaran yang mendukung tumbuh-kembang murid.
D.2. Menggerakkan Komunitas Praktisi
Menggerakkan komunitas praktik
untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya. Seorang Guru Penggerak
berpartisipasi aktif dalam membuat komunitas belajar untuk para rekan guru baik
di sekolah maupun wilayahnya. Banyaknya praktik baik yang bisa dibagikan dalam
komunitas tersebut bisa menjadi bahan pembelajaran untuk para guru sejawat dan
tentunya untuk Guru Penggerak tersebut juga.
D.3. Menjadi Coach
Bagi Guru Lain
Menjadi coach dan mentor bagi rekan guru lain terkait pengembangan
pembelajaran di sekolah. Seorang Guru Penggerak juga harus mampu mendeteksi
aspek-aspek yang bisa ditingkatkan dari rekan sejawatnya. Seorang Guru
Penggerak diharapkan juga mampu merefleksikan hasil pengalamannya sendiri serta
guru lain untuk dijadikan poin peningkatan untuk pembelajaran. Tidak lupa juga
sebagai seorang coach, Guru Penggerak
diharapkan juga bisa memantau perkembangan dari rekan guru lain tersebut.
D.4. Mendorong Kolaborasi Antar Guru
Membuka ruang diskusi positif
dan kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan di luar
sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada peran ini, seorang Guru
Penggerak diharapkan mampu memetakan para pemangku kepentingan di sekolah (serta
luar sekolah), serta membangun dialog antar para pemangku kepentingan tersebut.
D.5. Mewujudkan Kepemimpinan Murid
Mendorong peningkatan kemandirian dan
kepemimpinan murid di sekolah. Peran seorang Guru Penggerak berarti membantu
para murid ini untuk mandiri dalam belajar, mampu memunculkan motivasi murid
untuk belajar, juga mendidik karakter murid di sekolah.
E. Nilai-Nilai
Guru Penggerak
Menurut Rokeach (dalam
Hari, Abdul H. 2015), nilai merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan
perbuatan dan standar pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang
sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai dalam diri seseorang dapat berfungsi
sebagai standar bagi seseorang dalam mengambil posisi khusus dalam suatu
masalah, sebagai bahan evaluasi dalam membuat keputusan, bahkan hingga
berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan tingkah laku individu dalam
kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai dari Guru
Penggerak adalah: Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak
pada Murid.
E.1. Mandiri
Mandiri berarti seorang Guru
Penggerak mampu senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta
mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya. Segala
perubahan yang terjadi di sekitar kita maupun pada diri kita, muncul dari diri
kita sendiri. Ketika kita hanya menunggu sesuatu untuk terjadi, seringkali hal
tersebut tidak pernah terjadi. Karena itu seorang Guru Penggerak diharapkan
mampu mendorong dirinya sendiri untuk melakukan perubahan, untuk memulai
sesuatu, untuk mengerjakan sesuatu terkait dengan perubahan apa yang diinginkan
untuk terjadi.
Guru Penggerak yang mandiri,
berarti guru tersebut mampu memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri untuk
membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitarnya ataupun pada dirinya
sendiri. Hal ini terutama perlu muncul dalam aspek pengembangan dirinya.
Seorang Guru Penggerak termotivasi untuk mengembangkan dirinya tanpa harus
menunggu adanya pelatihan yang ditugaskan oleh sekolah ataupun dinas. Guru
Penggerak mendorong dirinya untuk meningkatkan kapabilitas dirinya tanpa perlu
dorongan dari pihak lain.
E.2. Reflektif
Reflektif berarti seorang Guru
Penggerak mampu senantiasa merefleksikan dan memaknai pengalaman yang terjadi
di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri serta pihak lain. Proses
perwujudan Profil Pelajar Pancasila, juga perjalanan menjadi Guru Penggerak
pastinya akan penuh dengan pengalaman-pengalaman yang bervariasi.
Pengalaman-pengalaman ini bisa menimbulkan kesan positif maupun negatif. Dengan
mengamalkan nilai reflektif, Guru Penggerak diajak untuk mengevaluasi kembali
pengalaman-pengalaman tersebut, hingga bisa menjadi pembelajaran dan panduan
untuk menjalankan perannya di masa mendatang.
Guru Penggerak yang memiliki
nilai reflektif mau membuka diri terhadap pengalaman yang baru dilaluinya, lalu
melakukan evaluasi terhadap apa saja hal yang sudah baik, serta apa yang perlu
dikembangkan. Apa yang dievaluasi tentu saja beragam, bisa terhadap kekuatan
dan keterbatasan diri sendiri, pendapat yang dimiliki oleh diri sendiri,
proses, dll. Guru Penggerak yang reflektif tidak hanya berhenti sampai berefleksi
namun juga sampai melakukan aksi perbaikan yang bisa dilakukan. Mereka juga
senantiasa terbuka untuk meminta dan menerima umpan balik dari orang-orang di
sekelilingnya.
E.3. Kolaboratif
Kolaboratif berarti seorang
Guru Penggerak mampu senantiasa membangun hubungan kerja yang positif terhadap
seluruh pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan sekolah ataupun di
luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas terkait) dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang Guru
Penggerak akan bertemu banyak sekali pihak yang mampu mendukung pencapaian
Profil Pelajar Pancasila. Guru Penggerak diharapkan mampu merangkul semua pihak
itu.
Guru Penggerak yang menjiwai
nilai kolaboratif mampu membangun rasa kepercayaan dan rasa hormat antara
dirinya dengan lingkungan sekitarnya, serta mengakui dan mengelola perbedaan
peran yang diemban oleh masing-masing tiap pemangku kepentingan sekolah dalam
mencapai tujuan bersama.
Perlu diperhatikan,
kolaboratif mampu muncul dalam perilaku seperti kerjasama, berkomunikasi,
memahami peran masing-masing pihak dalam suatu situasi tertentu, termasuk
memberikan feedback juga merupakan
bagian dari kolaborasi.
E.4. Inovatif
Inovatif berarti seorang Guru
Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan-gagasan baru dan tepat guna
terkait situasi tertentu ataupun permasalahan tertentu. Di tengah perkembangan
zaman yang semakin maju, masalah yang muncul pun juga semakin bervariasi. Untuk
bisa mengatasi beragam masalah tersebut, diperlukan lah jiwa inovatif dari
seorang Guru Penggerak, agar bisa datang dengan penyelesaian masalah yang
mungkin tidak biasa namun tepat guna. Seorang Guru Penggerak yang mempunyai
nilai inovatif ini, mampu menggunakan nilai reflektifnya dalam mengevaluasi
sebuah proses ataupun masalah, dan mencari gagasan-gagasan lainnya untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Dibutuhkan kejelian dari seorang Guru Penggerak
untuk melihat peluang/potensi yang ada di sekitarnya (baik dari guru lain,
murid, kepala sekolah, orang tua murid, komunitas lainnya) untuk mendukung ide
orisinal demi menguatkan pembelajaran murid.
Nilai inovatif ini juga
mendukung keterbukaan para Guru Penggerak terhadap gagasan serta ide lain yang
muncul dari luar dirinya untuk memecahkan masalah, mencari informasi lain yang
bisa mendukung prosesnya, sudut pandang orang lain yang bisa membantu dirinya
dalam menemukan inspirasi pemecahan masalah ataupun mengambil keputusan, hingga
pada akhirnya melakukan solusi/aksi nyata untuk mengatasi permasalahan.
E.5. Berpihak pada Murid
Berpihak pada murid disini
berarti seorang Guru Penggerak selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan
perkembangan murid sebagai acuan utama. Segala keputusan yang diambil oleh
seorang Guru Penggerak didasari pembelajaran murid terlebih dahulu, bukan
dirinya sendiri. Segala hal yang kita lakukan, harus tertuju pada perkembangan
murid, bukan pada pemuasan diri kita sendiri, maupun orang lain yang
berkepentingan. Sebagai Guru Penggerak yang memiliki nilai ini, kita selalu
harus mulai berpikir dari pertanyaan “apa yang murid butuhkan?”, “apa yang bisa
saya lakukan untuk membuat proses belajar ini lebih baik?” dll.
F. Keterkaitan
Peran dan Nilai Guru Penggerak dengan Filosofi Ki Hadjar Dewantara
Nilai-nilai yang harus
dimiliki oleh seorang guru penggerak adalah mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif, dan berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut penting dimiliki oleh
setiap guru penggerak karena jika ia memiliki nilai mandiri, maka akan lebih
leluasa berkembang dan tidak perlu lagi bergantung pada orang lain. Reflektif
membantu dirinya memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan yang
dimiliki sehingga ia akan selalu tampil sebagai guru yang ideal. Dengan nilai
kolaborasi, pekerjaan guru penggerak, menjadi lebih mudah dan ringan karena
semuanya dilakukan secara kolaboratif dengan semua pihak. Inovatif mendorong
terciptanya pembaruan sehingga guru akan senantiasa melahirkan ide dan gagasan
yang baru dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Segala tindakan dan kebijakan
yang berpihak pada murid tentunya akan membuat murid senang dan termotivasi
belajar sehingga akan mendorong terwujudnya profil pelajar Pancasila.
Nilai-nilai tersebut diharapkan menjadi kebiasaan dalam berperilaku sehingga
melekat menjadi karakter dari setiap guru penggerak. Nilai guru penggerak
sangat mempengaruhi guru penggerak dalam bersikap dan bertindak. Hal ini sangat
dibutuhkan seorang guru penggerak dalam memainkan perannya sebagai pemimpin
pembelajaran, penggerak komunitas praktisi, coach
bagi guru lain, pendorong kolaborasi, dan mewujudkan kepemimpinan murid.
Nilai dan peran guru penggerak selaras dengan
filosofi Ki Hadjar Dewantara. Nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif,
dan berpihak pada murid yang menjiwai guru penggerak dalam memainkan perannya
tentunya akan menghadirkan guru yang sesuai dengan filosofi Ki Hadjar
Dewantara. Guru yang memahami bahwa jika mereka menanam padi, tidak akan
mungkin tumbuh jagung begitupun sebaliknya. Dengan kata lain, mereka akan
memahami bahwa pendidikan sangat dipengaruhi oleh perlakuan mereka terhadap
murid. Segala tindakan dan kebijakan guru penggerak akan senantiasa berpihak
pada anak. Mereka akan memperlakukan anak sesuai kodratnya, baik itu kodrat
alam maupun zamannya dan tentu saja kodrat anak adalah bermain. Dengan
demikian, seorang guru penggerak akan senantiasa mendidik anak agar menjadi
manusia yang baik lakunya, selaras budi dan pekertinya.
G. Strategi
untuk Mencapai Peran dan Nilai Guru Penggerak
Untuk mencapai peran dan nilai-nilai guru
penggerak, tentunya membutuhkan strategi tersendiri. Strategi yang bisa
dilakukan adalah sebagai berikut:
- Selalu
melakukan refleksi diri terhadap apa yang sudah dilakukan dan mendorong upaya
memperbaiki tindakan.
- Senantiasa
memotivasi diri untuk melakukan perubahan dalam meningkatkan kualitas diri dan
kualitas pembelajaran.
- Memaknai
setiap pengalaman dengan melakukan evaluasi terkait kelemahan dan kekuatan yang
dimiliki.
- Membuka
diri terhadap masukan dari orang lain dan melakukan perbaikan terhadap tindakan
yang belum sempurna.
- Menjalin
kerjasama, membangun komunikasi, dan menumbuhkan rasa saling percaya dengan
semua pihak dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila.
- Menjadikan nilai-nilai guru penggerak sebagai
sebuah kebiasaan yang konsisten agar menjadi perilaku dan karakter yang melekat
dalam diri (Personal Branding).
Profil pelajar Pancasila sulit terwujud jika
dilakukan oleh seorang guru penggerak saja. Oleh karena itu, guru penggerak
harus berkolaborasi dengan semua pihak agar tugas menjadi lebih mudah dan
ringan. Pihak-pihak yang dapat membantu tugas guru penggerak dalam mewujudkan
profil pelajar Pancasila adalah sebagai berikut:
- Guru
lain atau teman sejawat sebagai mitra dalam melakukan gerakan perubahan yang
menuntut guru lebih mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak
pada murid.
- Kepala
sekolah sebagai pemangku kebijakan di sekolah yang berperan dalam menciptakan
situasi belajar mengajar yang kondusif bagi guru dan murid. Kebijakan kepala
sekolah hendaknya senantiasa berpihak pada murid agar gerakan yang dilakukan oleh
guru dan kepala sekolah bisa berjalan serasi dan selaras.
- Orang
tua siswa sebagai pendamping anak di rumah turut berpartisipasi dalam
membimbing dan memberikan motivasi kepada anak, baik dengan cara memberikan
semangat maupun dengan cara pemenuhan kebutuhan sekolah. Orang tua hendaknya
mampu menjadi teman yang bahagia untuk belajar.
- Organisasi
dan Komunitas Praktisi menjadi wahana dalam membagikan praktik baik
pembelajaran sebagai upaya refleksi konstruktif dalam peningkatan kompetensi
guru penggerak.
- Masyarakat
dapat berkontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah baik moril
maupun materiil. Masyarakat memiliki peran penting dalam membantu anak belajar
dilingkungannya, terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler, partner dalam pembahasan kebijakan sekolah, dan konsultasi terkait
masalah pendidikan anak.
H. Renungan
Peran dan Nilai Guru Penggerak
“Jika
kita gagal merencanakan, berarti sama saja kita sedang merencanakan kegagalan.”
~ Benjamin Franklin
“Saat
air kolammu keruh, jangan masuk kedalamnya. Jangan pula menunggu airnya menjadi
lebih jernih. Jangan pula kuras habis airnya. Simpan energimu, nikmati
kedamaian dalam keruhnya.”
~ I Kadek Arta